beritaterpopuler,berita terkini,berita terbaru,berita hari ini, membahas isu Nasional
- Tanggal 2 Mei selalu menjadi peringatan Hari Pendidikan Nasional Hardiknas. Pemerintah menetapkan 2 Mei sebagai Hardiknas karena bertepatan dengan tanggal kelahiran Ki Hadjar dari National Geographic, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Pahlawan Nasional yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Ki Hajar Dewantara. Dirinya merupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri dari Taman Siswa untuk penduduk pribumi mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang zaman penjajahan Belanda, pendidikan merupakan hal yang sangat langka, terpandang, dan tentunya dinilai mahal. Baca juga Hardiknas 2020, Nadiem Belajar Tidak Selalu Mudah, Ini Saatnya Mendengar Nurani Hanya orang-orang terpandang bangsawan dan priyayi serta orang asli Benlanda yang diperbolehkan mendapatkan pendidikan. Tut Wuri HandayaniSemboyan pendidikan Dalam sistem pendidikan, Ki Hajar Dewantoro selalu menerapkan tiga semboyan dalam bahawa Jawa, yaitu Ing ngarso sung tulodho Dindepan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik Ing madyo mbangun karso Di antara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa
OpiniHari Pendidikan Nasional: Pendidikan VS Pembangunan Fisik Era Orde Baru dan Orde Reformasi. Pendidikan adalah investasi yang mahal dan bersifat jangka panjang. Maka, pemimpin yang tidak memiliki visioner, lebih memilih pembangunan ekonomi dengan membangun jalan, jembatan dan mengundang investor sebanyak-banyaknya untuk berinvestasi. loading...Nidlomatum MR. FOTO/ JAKARTA - Nidlomatum MRKetua Bidang Riset dan Data Rumah Perempuan dan Anak RPA,Ketua LKP3A Kabupaten Bogor,Mahasiswa S2 School of Government and Public Policy SGPP IndonesiaPADA awal 2020, Badan Pusat Statistik BPS, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas, UNICEF, dan Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia PUSKAPA bekerja sama untuk menerbitkan laporan data berjudul "Pencegahan Perkawinan Anak Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda". Dari judul laporan ini, pembaca sekilas jelas bisa memahami masalah perkawinan anak yang dihadapi Indonesia saat ini bisa dikategorikan sebagai bencana tidak, realitasnya dari data yang ada 1 dari 9 anak perempuan berusia 20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun pada 2018, yang angkanya mencapai sekitar anak. Angka ini menempatkan Indonesia pada 10 negara dengan angka absolut perkawinan anak tertinggi di dunia dan peringkat dua tertinggi di ASEAN. Mencengangkan bukan?Secara prevalensi jika dilakukan perbandingan antara pernikahan anak perempuan dan anak laki-laki, dalam dasa warsa terakhir, perkawinan anak perempuan di Indonesia menunjukkan penurunan, namun tak signifikan dan terkesan landai. Tren anak perempuan yang melangsungkan perkawinan pertama sebelum usia 18 tahun maupun 15 tahun pada 2008 sampai 2018 hanya menurun sebesar 3,5 poin persen. Rinciannya, pada 2008, prevalensi perkawinan anak perempuan adalah sebesar 14,67%, namun pada satu dekade kemudian atau 2018 menjadi turun menjadi 11,21%.Di sisi lain, saat prevalensi perkawinan anak perempuan trennya menurun, prevalensi perkawinan anak laki-laki di Indonesia pada kurun waktu 2015-2018 menunjukkan tren yang cenderung statis. Dari data yang ada, sekitar 1 dari 100 laki-laki usia 20–24 tahun sekitar 1,06% pada 2018 telah melangsungkan perkawinan sebelum usia 18 tahun. Prevalensi ini meningkat sedikit sebesar 0,33 poin persen dibandingkan 2015 yang hanya mencapai 0,73%.Secara nasional, dari angka ini, ada 20 provinsi yang prevalensi perkawinan anak perempuan di wilayahnya masih ada di atas rata-rata Nasional. Tiga di antaranya yakni Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, tercatat ada lebih dari 1 juta anak perempuan yang menikah pada usia anak di provinsi provinsi mana yang secara angka absolut menyumbang kejadian perkawinan usia anak tertinggi? Jawabannya, adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dalam 10 tahun, prevalensi perkawinan anak di daerah perdesaan menurun sebanyak 5,76 poin persen, sementara prevalensi di daerah perkotaan hanya menurun kurang dari 1 poin fenomena ini, banyak pihak sebenarnya telah mengupayakan pencegahan membludaknya pernikahan anak, baik dari kalangan Non Government Organitation NGO maupun dari para pemangku kebijakan. Salah satu bukti dari upaya itu adalah usaha pemerintah yang berani menetapkan target penurunan perkawinan anak secara nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2020-2024 dari 11,2% di 2018 menjadi 8,74 di 2024. Serta, sosialisasi yang dilakukan pemerintah dan berbagai NGO tentang bahaya pernikahan saat ini semakin marak kampanye tentang bahaya perkawinan anak serta upaya penyadaran bahwa perkawinan anak merupakan salah satu bentuk tindak kekerasan terhadap anak. Kampanye yang dilakukan di antaranya menyosialisasikan bahwa anak yang dipaksa menikah atau karena kondisi tertentu harus menikah di bawah umur tentu berdampak pada banyak hal mulai dari kerentanan terputusnya akses pendidikan, kualitas kesehatan, potensi mengalami tindak kekerasan, serta hidup dalam kemiskinan. Dampak ini pun tidak hanya terhenti pada nasib pasangan nikah dini, tapi menggelinding bagai bola salju pada anak yang dilahirkan serta berpotensi menimbulkan kemiskinan antargenerasi. Melihat pemetaan masalah serta kompleksnya dampak pernikahan anak, momentum Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini, sepatutnya menjadi bahan telaah pentingnya pendidikan tentang pencegahan pernikahan dini kepada segala lapisan masyarakat dan semua kalangan mulai dari anak, orang tua serta masyarakat keseluruhan agar bersama-sama bersinergi mengatasi bencana ini. PeringatanHari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 02 Mei 2021 memiliki makna yang mendalam. Selain sebagai peringatan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara (), momen Hardiknas juga dapat diartikan sebagai pengingat kondisi Pendidikan Indonesia saat ini.Kondisi pendidikan yang terdampak oleh Pandemi Covid-19 serta implementasi program Merdeka Belajar-Kampus Paulus Mujiran. Foto youtube Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tidak ada yang meragukan ketika berbicara mengenai kualitas pendidikan Tanah Air dari sisi akademik. Pencapaian kelulusan rata-rata Ujian Nasional UN setiap tahun mencapai di atas 99% mencerminkan pendidikan secara administrasi telah dikelola dengan baik dari sisi pencapaian akademik atau prestasi belajar. Pendidikan juga lebih murah karena ada program kartu pintar dan bantuan operasional sekolah BOS. Jumlah lulusan dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Guru-guru juga sudah mendapat tunjangan sertifikasi yang diharapkan memacu kinerjanya. Capaian pendidikan juga jauh lebih membanggakan. Namun mengapa justru sekarang kita banyak meratapi kondisi anak-anak yang notabene lebih berpendidikan? Banyak keluhan mengenai kondisi anak-anak didik sekarang, seperti lebih sulit diatur, nakal, bahkan sebagian anak-anak terpelajar ini melakukan tindak kejahatan yang meresahkan. Orang tua juga mengeluhkan masih maraknya kekerasan di sekolah. Yang kerap luput dari perhatian kita adalah anak-anak sekarang hidup dan berkembang di era digital. Mereka berada dalam ketegangan antara model pembelajaran di sekolah yang cenderung masih konvensional dengan caracara pembelajaran modern yang didapat secara digital. Pembelajaran secara digital ini justru tidak mudah dibendung karena diberikan secara terus-menerus dan tidak mengenal waktu. Jika pembelajaran konvensional diberikan hanya dari pukul sampai pukul pembelajaran digital diberikan sepanjang hari bahkan 24 jam. Waktu bersama guru di kelas justru lebih terbatas ketimbang ketika anakanak belajar dengan sarana informasi modern yang kian tidak terbendung. Banyak orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada sekolah. Itulah sebabnya pengetahuan anak-anak mengenai berbagai persoalan terkadang lebih lengkap ketimbang pengetahuan yang dipunyai oleh guru. Anak-anak bisa sangat kuat dalam penguasaan akademik mengenai sesuatu hal karena diperoleh dari internet tetapi lemah dalam karakter dan kemampuan pengendalian diri. Kerap terlupakan dalam kondisi semacam itu adalah pendidikan karakter atau budi pekerti. Di satu sisi anak-anak mendapat halhal yang berkaitan dengan kejujuran, kebaikan moral, perilaku etis, tetapi anak akan segera berhadapan dengan anomali ketika berhadapan dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Anak-anak mendapat pengetahuan tidak boleh mencuri, mencontek, mengambil barang anak lain, tetapi begitu masuk dalam kehidupan nyata, anak menyaksikan beritaberita media demikian banyak orang bebas melakukan tindakan korupsi. Demikian halnya guru berulang-ulang mengajarkan tentang pacaran sehat tetapi apa yang terbaca dari media massa mengenai perilaku seks bebas masa kini yang sudah tidak dapat ditoleransi lagi. Oleh karenanya tak ayal pendidikan akan terus digugat relevansinya dalam masyarakat beradab belakangan ini. Gugatan terhadap kinerja guru boleh saja terus dipertanyakan ketika tidak mampu mendidik siswa/inya menjadi lebih tawakal, berperilaku santun sesuai harapan kebanyakan orang. Oleh karena itu, di tengah krisis nilai pendidikan perlu diorientasikan kembali menjadi pendidikan yang berpusat pada pembentukan budi pekerti peserta didik. Pertama, budi pekerti adalah memberikan kesempatan anak-anak berlatih menyediakan ruang kosong dalam hidupnya untuk masuk ke dalam pengalaman pribadi yang mendalam. Sekali waktu dalam sepekan anakanak diajak merefleksikan hidupnya. Nyaris tidak banyak di antara kita yang mengajak anak-anaknya merefleksikan hidupnya sendiri dan kemudian dihubungkan dengan tanggung jawab sosialnya sebagai pelajar. Kedua, dengan budi pekerti membuat anak-anak melihat persoalan-persoalan dalam hidup pada umumnya dalam kacamata hati. Ketika masyarakat pada umumnya terpola dalam budaya instan atau berpikir pendek, anak-anak perlu diajak berpikir dalam kerangka proses. Yang terjadi dalam ranah pendidikan kita sekarang anak-anak justru dibawa mengamini saja seluruh proses instan yang ada dalam masyarakat. Prakarya atau olah keterampilan, misalnya, mestinya anak-anak belajar seluruh proses secara mandiri. Ketiga, mengajak anak masuk lebih dalam hidupnya dengan membuat anak-anak mampu melihat persoalan dalam kacamata orang lain, bukan hanya berpusat pada dirinya sendiri. Mereka mempunyai naluri untuk bertemu orang, bukan hanya berkutat dengan gadget sebagaimana anak-anak zaman ini. Tetapi mereka belajar dari interaksi dengan sesama dan orang lain. Mereka akan lebih peka dan peduli pada kebutuhankebutuhan orang lain. Anak juga lebih mandiri karena belajar dari orang, bukan dari mesin atau robot. Ketidakmandirian tampak dari cara mereka bekerja dan menyikapi permasalahan. Yang terjadi sekarang ini prakarya dibeli di toko atau dibuatkan orang tua sehingga anak-anak tidak mengalami budaya proses. Hilangnya budaya proses ini menyebabkan anakanak memandang persoalan secara jangka pendek dan instan. Jika tidak bisa mengerjakan soal dalam ujian yang dilakukan adalah mencontek teman atau membawa contekan yang sudah disiapkan dari rumah dengan niat memang untuk mencontek. Jika harus membuat makalah tugas yang dilakukan adalah copas alias copy paste dari internet yang kini sudah sangat tersedia dengan bebas. Persoalan pendidikan memang tidak semata-mata membuat mereka pintar. Apakah orang tua yang memaksakan anaknya terus menjadi juara kelas sadar betul bahwa sekolah adalah ajang belajar hidup? Juga perusahaan-perusahaan yang hanya menerima para juara sekolah dengan indeks prestasi tinggi sudah benar dalam bertindak? Bukankah kebanyakan orang sukses bukan karena pintar atau juaranya tetapi bagaimana mampu mengolah hidupnya sehingga berarti bagi orang lain? Paulus Mujiran, Pendidik, Ketua Pelaksana Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata Semarang Editor Gora Kunjana gora_kunjana Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS HariGuru Nasional 2021 yang diperingati pada 25 November 2021 bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Diketahui, PGRI berdiri sejak 1945, tapi baru pada 1994, pemerintah lewat Kepres No 78 Tahun 1994 menetapkan tanggal berdirinya PGRI sekaligus jadi Hari Guru Nasional. Penetapan ini pun ditegaskan lagi lewat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Hari Pendidikan Nasional pada tahun ini akan diperingati dalam nuansa yang agak berbeda dari sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Hari Pendidikan Nasional diperingati dengan upacara bendera terbatas karena pandemi Covid-19, saat ini bisa diperingati dengan upacara bendera normal seperti biasa. Di samping itu, Hari Pendidikan Nasional saat ini bersamaan dengan momen Idul Fitri 1444 Hijriah karena masih dalam nuansa bulan Syawal. Pandemi Covid-19 mengajarkan arti pentingnya kesabaran. Ruang gerak dibatasi, pergaulan dilimitasi, dan pertemuan diamputasi. Akan tetapi, hikmah di balik itu, terjadi perubahan masif dalam struktur kehidupan masyarakat. Orang jadi lebih melek teknologi dari sebelumnya yang buta teknologi. Media virtual yang sebelumnya tidak dikenal menjadi bagian penting dalam kehidupan. Pembelajaran yang selama ini harus tatap muka langsung, ternyata bisa dijalankan secara virtual dengan kreativitas masing-masing guru. Pengambilan keputusan di organisasi, birokrasi, perusahaan, dan lainnya dapat dilakukan secara virtual. Ramadan mengajarkan arti pentingnya kesabaran dan kesetaraan. Para ulama menyebut bulan Ramadan sebagai bulan tarbiyah pendidikan. Ketika umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga diperintahkan untuk menahan hawa nafsu. Menahan diri dari berkata kasar, berkata dusta, melangkah ke tempat yang tidak baik, menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak baik, dan menjaga hati dari sifat iri, dengki, dan dendam. Ramadan juga mengajarkan pentingnya kesetaraan karena syariat berpuasa sama, baik untuk orang tua/muda, orang kaya/miskin, maupun atasan/bawahan. Dalam bulan Ramadan juga ada perintah mengeluarkan zakat bagi orang-orang yang memiliki harta berlebih yang harus dikeluarkan kepada orang-orang yang berkekurangan. Hal ini mengandung makna universal bahwa umat manusia diajarkan peduli dengan sesama. Islam mengajarkan kesetaraan yaitu bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah orang yang paling bertakwa QS. Al Hujurat 13. Pasca-Ramadan, yaitu bulan Syawal, yang secara etimologi bermakna peningkatan. Syawal mengajarkan akan pentingnya kesabaran dan persaudaraan. Tradisi mudik Lebaran yang biasanya dilakukan di Indonesia, mengandung esensi persaudaraan. Orang-orang yang bekerja di perantauan biasanya akan melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya pada saat menjelang Idul Fitri untuk merayakan Lebaran di kampung halaman. Tak jarang mereka membawa bekal oleh-oleh yang cukup banyak untuk dibagikan ke sanak famili di kampung. Kalau ditelaah lebih jauh sebetulnya para pemudik ini tidak hanya sekadar menyambung tali silaturahmi, melainkan ada makna yang lebih dalam yaitu rasa persaudaraan. Seperti apa pun keadaan di perantauan, saudara di kampung halaman harus merasakan kebahagiaan saat momen mudik itu tiba. Jika ditinjau dari pandangan Emile Durkheim, sosiolog asal Prancis, fenomena ini disebut sebagai solidaritas mekanis, yaitu solidaritas yang dibangun atas dasar rasa kekeluargaan. Jadi, fenomena mudik ke kampung halaman melahirkan bentuk keakraban yang mungkin tidak ditemukan di masyarakat urban. Hari Pendidikan Nasional pada tahun ini akan diperingati dalam nuansa yang agak berbeda dari sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Hari Pendidikan Nasional diperingati dengan upacara bendera terbatas karena pandemi Covid-19, saat ini bisa diperingati dengan upacara bendera normal seperti biasa. Di samping itu, Hari Pendidikan Nasional saat ini bersamaan dengan momen Idul Fitri 1444 Hijriah karena masih dalam nuansa bulan Syawal. Pandemi Covid-19 mengajarkan arti pentingnya kesabaran. Ruang gerak dibatasi, pergaulan dilimitasi, dan pertemuan diamputasi. Akan tetapi, hikmah di balik itu, terjadi perubahan masif dalam struktur kehidupan masyarakat. Orang jadi lebih melek teknologi dari sebelumnya yang buta teknologi. Media virtual yang sebelumnya tidak dikenal menjadi bagian penting dalam kehidupan. Pembelajaran yang selama ini harus tatap muka langsung, ternyata bisa dijalankan secara virtual dengan kreativitas masing-masing guru. Pengambilan keputusan di organisasi, birokrasi, perusahaan, dan lainnya dapat dilakukan secara virtual. Ramadan mengajarkan arti pentingnya kesabaran dan kesetaraan. Para ulama menyebut bulan Ramadan sebagai bulan tarbiyah pendidikan. Ketika umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga diperintahkan untuk menahan hawa nafsu. Menahan diri dari berkata kasar, berkata dusta, melangkah ke tempat yang tidak baik, menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak baik, dan menjaga hati dari sifat iri, dengki, dan dendam. Ramadan juga mengajarkan pentingnya kesetaraan karena syariat berpuasa sama, baik untuk orang tua/muda, orang kaya/miskin, maupun atasan/bawahan. Dalam bulan Ramadan juga ada perintah mengeluarkan zakat bagi orang-orang yang memiliki harta berlebih yang harus dikeluarkan kepada orang-orang yang berkekurangan. Hal ini mengandung makna universal bahwa umat manusia diajarkan peduli dengan sesama. Islam mengajarkan kesetaraan yaitu bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah orang yang paling bertakwa QS. Al Hujurat 13. Pasca-Ramadan, yaitu bulan Syawal, yang secara etimologi bermakna peningkatan. Syawal mengajarkan akan pentingnya kesabaran dan persaudaraan. Tradisi mudik Lebaran yang biasanya dilakukan di Indonesia, mengandung esensi persaudaraan. Orang-orang yang bekerja di perantauan biasanya akan melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya pada saat menjelang Idul Fitri untuk merayakan Lebaran di kampung halaman. Tak jarang mereka membawa bekal oleh-oleh yang cukup banyak untuk dibagikan ke sanak famili di kampung. Kalau ditelaah lebih jauh sebetulnya para pemudik ini tidak hanya sekadar menyambung tali silaturahmi, melainkan ada makna yang lebih dalam yaitu rasa persaudaraan. Seperti apa pun keadaan di perantauan, saudara di kampung halaman harus merasakan kebahagiaan saat momen mudik itu tiba. Jika ditinjau dari pandangan Emile Durkheim, sosiolog asal Prancis, fenomena ini disebut sebagai solidaritas mekanis, yaitu solidaritas yang dibangun atas dasar rasa kekeluargaan. Jadi, fenomena mudik ke kampung halaman melahirkan bentuk keakraban yang mungkin tidak ditemukan di masyarakat urban. Hari Pendidikan Nasional pada tahun ini akan diperingati dalam nuansa yang agak berbeda dari sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Hari Pendidikan Nasional diperingati dengan upacara bendera terbatas karena pandemi Covid-19, saat ini bisa diperingati dengan upacara bendera normal seperti biasa. Di samping itu, Hari Pendidikan Nasional saat ini bersamaan dengan momen Idul Fitri 1444 Hijriah karena masih dalam nuansa bulan Syawal. Pandemi Covid-19 mengajarkan arti pentingnya kesabaran. Ruang gerak dibatasi, pergaulan dilimitasi, dan pertemuan diamputasi. Akan tetapi, hikmah di balik itu, terjadi perubahan masif dalam struktur kehidupan masyarakat. Orang jadi lebih melek teknologi dari sebelumnya yang buta teknologi. Media virtual yang sebelumnya tidak dikenal menjadi bagian penting dalam kehidupan. Pembelajaran yang selama ini harus tatap muka langsung, ternyata bisa dijalankan secara virtual dengan kreativitas masing-masing guru. Pengambilan keputusan di organisasi, birokrasi, perusahaan, dan lainnya dapat dilakukan secara virtual. Ramadan mengajarkan arti pentingnya kesabaran dan kesetaraan. Para ulama menyebut bulan Ramadan sebagai bulan tarbiyah pendidikan. Ketika umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga diperintahkan untuk menahan hawa nafsu. Menahan diri dari berkata kasar, berkata dusta, melangkah ke tempat yang tidak baik, menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak baik, dan menjaga hati dari sifat iri, dengki, dan dendam. Ramadan juga mengajarkan pentingnya kesetaraan karena syariat berpuasa sama, baik untuk orang tua/muda, orang kaya/miskin, maupun atasan/bawahan. Dalam bulan Ramadan juga ada perintah mengeluarkan zakat bagi orang-orang yang memiliki harta berlebih yang harus dikeluarkan kepada orang-orang yang berkekurangan. Hal ini mengandung makna universal bahwa umat manusia diajarkan peduli dengan sesama. Islam mengajarkan kesetaraan yaitu bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah orang yang paling bertakwa QS. Al Hujurat 13. Pasca-Ramadan, yaitu bulan Syawal, yang secara etimologi bermakna peningkatan. Syawal mengajarkan akan pentingnya kesabaran dan persaudaraan. Tradisi mudik Lebaran yang biasanya dilakukan di Indonesia, mengandung esensi persaudaraan. Orang-orang yang bekerja di perantauan biasanya akan melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya pada saat menjelang Idul Fitri untuk merayakan Lebaran di kampung halaman. Tak jarang mereka membawa bekal oleh-oleh yang cukup banyak untuk dibagikan ke sanak famili di kampung. Kalau ditelaah lebih jauh sebetulnya para pemudik ini tidak hanya sekadar menyambung tali silaturahmi, melainkan ada makna yang lebih dalam yaitu rasa persaudaraan. Seperti apa pun keadaan di perantauan, saudara di kampung halaman harus merasakan kebahagiaan saat momen mudik itu tiba. Jika ditinjau dari pandangan Emile Durkheim, sosiolog asal Prancis, fenomena ini disebut sebagai solidaritas mekanis, yaitu solidaritas yang dibangun atas dasar rasa kekeluargaan. Jadi, fenomena mudik ke kampung halaman melahirkan bentuk keakraban yang mungkin tidak ditemukan di masyarakat urban. CoronaVirus Disease 19 (COVID-19) barangkali menjadi krisis terbesar yang terjadi pada generasi kita. Melansir dari laporan real-time Jhons Hopkins University & Medicine, memasuki bulan April 2020 tercatat sudah 181 Negara yang terinfeksi virus yang belum ada vaksinnya ini. Banyak tindakan darurat yang diterapkan oleh pemerintahan di berbagai +5 Search Makalah Tentang Covid 19 Terhadap Pendidikan. Konsep dan pemikiran tentang Ubi societas Ibi ius yang bermakna dimana ada masyarakat di situ ada hukum, maka perlu digambarkan hubungan antara perubahan sosial dan hukum dalam kaitannya dengan aturan , Megawati, E Pengertian Pers menurut para ahli UU No Tanggung jawab terhadap pekerjaan; Dalam bertanggung jawab berarti kita sedang
Jakarta - Hari ini tanggal 2 Mei tepatnya adalah hari Pendidikan Nasional. Hari di mana lahirnya pendidikan di Indonensia. Tanggal 2 Mei dijadikan sebagai hari Pendidikan Nasonal bertepatan dengan hari lahirnya salah satu tokoh pendidkan kita yaitu Ki Hajar Dewantar dengan nama asli Raden Mas sedikit tentang perjuangan untuk memajukan pendidkan di bumi Indonesia beliau sempat mendirikan salah satu Taman Siswa pada 3 Juli 1892? untuk sekolah kerakyatan di Yogyakarta. Kemudian beliau juga sempat menulis berbagai artikel yang intinya memprotes berbagai kebijakan para penjajah Belanda yang kadang membunuh serta menghambat tumbuh dan berkembangnya pendidikan di Indonesia. Hingga salah satu artikel "Seandainya Aku Seorang Belanda" judul asli Als ik eens Nederlander was yang pernah dimuat dalam surat kabar de Expres milik Douwes Dekker tahun 1913 adalah salah satu artikel yang mengubah paradigma banyak orang. Terlebih khusus para penjajah bahwa orang Indonesia khususnya penduduk pribumi membutuhkan pendidikan yang layaknya sama dengan para penguasa dan kalangan berduit. Bertolak dari usaha, kerja keras, serta pengorbanan dirinya melalui surat keputusan Presiden RI No 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959 dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Pergerakan Nasional. Bahkan yang lebih menggembirakan dirinya dianggap sebagai bapak Pendidikan untuk seluruh orang Indonesia. Penghormatan itu terbukti dengan ditetapkan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan mewujudkan dan membangun dunia pendidikan di Indonesia yang sedangdiusahaknnya dalam penjajahan para penjajah belanda beliau memakai semoboyan "tut wuri handayani". Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa". Semboyan ini masih dipakai dalam di dunia pendidikan kita hingga era reformasi ini. Bahkan dengan semboyan itu telah sedikit mengubah warna pendidikan kita di Indoenesia saat Perkembangan Pendidkan di Era ReformasiBanyak orang senang dan bahagia, terlebih khusus para penggila, pencinta, dan pelaku pendidikan di seluruh Indonesia ketika memasuki era reformasi. Saat kekuasaan presiden Soeharto yang kurang lebih berkuasa selama 32 tahun tumbang pada tahun 1997 akibat pergerakan mahasiswa Indonesia mendasari lahirnya era reformasi. Era yang dikatakan sebagai era perubahan, era yang bisa semua orang berbicara serta era yang dikatakan sebgai era pembaharuan. Berarti pendidikan juga harus mengalami berharap dan berpikir di era ini segalanya akan berubah. Problematikapendidikan yang terjadi saat Presiden Soekarno memimpin di era orde lama1945-1965 dan Problematika pendidikan yang terjadi saat masa kepemimpinanPresiden Soeharto di era orde baru 1965-1985 serta masa kepemimpinan beberapa presiden setelah kedua pemimpin di atas memerintah bisa segera teratasi yang tentunya sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan kita. Namun, yang memprihatinkan perkembangan pendidikan di era reformasi ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan pendidikan di era orde lama 1945-1965 maupun perkembangan pendidikan di era orde baru 1965-1985. Malahan perkembangan pendidikan di era reformasi ini lebih menggenaskan dan memprihatinkan. Bahkan di era ini banyak korban pendidikan yang berjatuhan seperti siswa, guru, termasuk para orang tua pun menjadi korban daripada pendidikan di era reformasi ini. Mengapa saya bisa katakan demikian. Banyak anak-anak yang tidak memilik biaya hingga tidak bersekolah, banyak lulusan SMA/MA dan sederajat lainnya harus menggangur karena tidak mampu membayar biaya pendidikan bahkan banyak lulusan SMA/MA dan sederajat yang melanjutkan ke perguruan tinggi harus mengundurkan dari perkulihaan karena tidak mampu membayar biaya dengan tujuan dan cita-citanya pendidikan kita haruslah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mungkin berkembang dari kata mencerdaskan banyak orang mengartikannya dengan mengambil berbagai kebijakan yang dapat membuat pendidikan di Indonesia bisa berkembang. Salah satu caranya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah mengadakan Ujian Nasional, nyatanya Ujian Nasional bukan menciptkan generasi yang cerdas namun menciptkan generasu yang rusak baik mentalnya maupun pun tidak bisa membantah kalau Ujian Nasional telah menciptakan generasi yang rusak moralitasnya. Sebagaimana bisa kita lihat beberapa fenomena kecurangan dan kejahatan yang sering terjadi hinggat ditayangkan diberbagai media masa maupun media elektronik. Beberapa saat lalu Ujian Nasional tingkat SMA/MA dan setingkat lainnya telah diberlangsungkan namun meninggalkan bekas yang sangat memprihatinkan karena di mana-mana terjadi kecurangan yang patutnya tidak perlu saat lalu tepatnya hari kamis hari terakhir Ujian Nasional bagi siswa-siswi SMA/MA, saya menyaksikan sebuah tayangan berita di salah satu TV swasta yang menayangkan kecurangan Ujian Nasional yang terjadi, hingga 17 orang guru harus berhadapan dengan aparat hingga harus diadili. Bukan kasus itu saja melainkan di daerah lain pun terjadi hal yang sama. Bahkan beberapa kepala sekolah tega menjual lembaran soal hingga mencapai jutaan rupiah. Dengan demikian inikah yang dinamakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai dengan cita-cita nasional."Seandainya beliau masih hidup beliau akan menangis dan meratapi melihat buruknya pendidikan di negeri ini". Demikian salah satu kutipan artikel singkat yang ditulis oleh salah satu korespondesi situs wikimu di internet. Sedikit menyimak dan membaca artikel itu saya pun ikut sedih. Sebagaimana tidak sedih perjuangan beliau agar pendidikan di Indonesia bisa maju dan berkembang yang sekaligus mengubah berbagai ketertinggalan yang terjadi. Namun, kenyataannya yang terjadi adalah keterpurukan sistem seharusnya memahmi dan menyadari bahwa berjuang di bawah tekanan, penjajahan, dan ancaman bukanlah hal termudah. Namun, dalam kesulitan seperti inilah yang ditunjukkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa beliau ingin adanya kemajuan pendidikan. Sehingga dalam tekanan apa pun beliau tidak pernah gentar dan takut hanya demi memajukan pendidikan di negeri ini. Bertolak daripada usaha dan kerja keras beliau seharusnya para pengambil kebijkan pendidikan di Indenesia seharusnya berpikir dan mencerna bagaimana solusi yang diambil agar semua kegiatan pendidikan yang terjadi tidak membuat sedih pilunya hati bapak pendidikan kita. Fenomena keburukan yang terjadi saat ini bukan saja masalah Ujian Nasional, namun yang terjadi juga adalah biaya sekolah dari tahun ketahun yang semakin meningkat. Saya sendiri sebagai siswa menyadari adanya lonjakan tingginya uang sekolah dari tahun ke tahun. Padahal berbagai janji manis seperti adanya dana BOS Bantuan Operasional Sekolah akan membantu meringankan biaya sekolah. Bahkan, ada juga yang mengatakan dengan adanya dana bos maka pendidikan alhasi akan gratis. Apakah pendidikan saat ini di Indonesia gratis? Jangan mimpi bo pendidikan mau gratis. Realisasi dana pendidikan yang dialokasikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasalnya yang ke 49 bahwa 20% dari APBN dialkosikan untuk pendidikan. Namun, kenyataan sampai sat ini semua itu tidak berbagai janji manis yang sengaja dilanggar. Ini memberi peringatan kepada kita bagaimana nasib pendidikan Indonesia di masa depan nanti. Bagaimana nanti nasib generasi yang akan datang? Generasi yang akan datang mau dikemanakan? Bagaimana seandainya generasi yang akan datang mengikuti kesalahan para pengambil kebijakan pendidikan. Apakah ini mau dikatakan sebagai generasi yang berbobot dan generasi yang mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita nasional yang telah tertera dalam Undang-Undang Dasar Hari Pendidikan NasionalHari ini sebagai hari pendidikan nasional. Tidak perlu kita, terlebih khusus para pejabat pemerintahan dan pengambil kebijkana pendidikan nasional berpikir keras dengan berbagai teori dan berbagai pedoman unutk memajukan pendidikan di kita pun tidak perlu sibuk mencari cara-cara dan trik-trik untuk bersaing dengan Negara lain khususnya dalam bidang pendidikan. Dahulu kala saat orde baru para siswa-siswi dari Malaysia dan beberapa Negara tetangga lainnya yang datang dan belajar di Indonesia. Namun, berbeda dengan saat inipara pelajar dari Indonesialah yang pergi belajar dan berguru di Negara jiran ini."Saat ini, pelajar asing di Malaysia sudah mencapai angka orang. Mereka datang dari berbagai negara, Uganda, Afrika Selatan, Korea Selatan, Korea Utara, India, Inggris, Vietnam, Bangladesh, Singapore, Kanada dan masih banyak lagi yang lainnya, termasuk negara tetangganya, Indonesia". Demikian bunyi salah satu kutipan tulisan yang terdapat salah satu situs milik pemerintah Malaysia. Dengan membaca ini memberi perngertian pada kita kalau mereka Malaysia juga menganggap pendidikan di daerahnya lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan di beberapa Negara termasuk kita negara ketertinggalan pendidikan serta problematika pendidikan yang terjadi terus-menerus di Negara kita, bagaimana jalan keluar yang perlu diambil agar kedua hal di atas tidak terjadi lagi? Memang berat kalau memikirkan penyelesaiaanya serta penuntasan problemnya. Namun, semua akan terasa ringan dan mudah kalau penyelesaian ini kembali kepada sistem demokrasi sesuai dengan asas dan falsafah Negara demokrasi mengutamakan kebersamaan dalam mengambil keputusan dan keputusan diambil secara bersama-sama musyawarah maka semua pihak yang ikut mengambil bagiaan termasuk masyarakat akan merasa puas dan bahagia, sehingga penerapan dan prakteknya dapat memberi kepuasaan kepada semua pihak dan semua instansi. Dengan cara seperti ini alhasi pendidikan di Indonesia sedikit baik mutunya hingga kita bisa merasakan enak dan baiknya Hari Pendidikan PogauJl Martha C Tiahahu Nabireoktovianus_pogau Penulis adalah siswa SMA Kristen Anak Panah, Nabire-Papua 98819 msh/msh
\n \n \n\n opini tentang hari pendidikan nasional
2 Lomba Menulis Opini singkat, dengan Tema: Strategi dan upaya untuk penanganan Pandemi COVID-19. Adapun waktu pelaksanaan kompetisi dimulai tanggal 1 April 2020 sampai dengan 25 April 2020 dan akan diumumkan pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2020. Informasi mengenai kriteria dan persyaratan kompetisi terlampir.
Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu negara. Oleh karena itu, setiap tahunnya Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk pengakuan akan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang Hari Pendidikan Nasional dan pentingnya pendidikan untuk masa depan Indonesia. Pengertian Hari Pendidikan Nasional Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Peringatan ini dimulai sejak tahun 1960 atas inisiatif Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa dan juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Tujuan dari peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa. Peringatan Hari Pendidikan Nasional pertama kali dilakukan pada tahun 1960. Namun, pada saat itu peringatan dilakukan pada tanggal 1 Mei. Barulah pada tahun 1972, tanggal peringatan dipindahkan menjadi tanggal 2 Mei. Hal ini dilakukan untuk menghormati kelahiran Ki Hajar Dewantara yang jatuh pada tanggal 2 Mei. Makna Hari Pendidikan Nasional Hari Pendidikan Nasional memiliki makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Peringatan ini mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Selain itu, Hari Pendidikan Nasional juga menjadi momen untuk mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia dan harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Pentingnya Pendidikan bagi Masa Depan Indonesia Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju. Namun, untuk mencapai hal tersebut, pendidikan merupakan salah satu faktor kunci yang harus diperhatikan dengan serius. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan sangat penting bagi masa depan Indonesia 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan negara. 2. Meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat internasional Dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, Indonesia akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di tingkat internasional. Hal ini akan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. 3. Meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Pendidikan juga dapat meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan pendidikan yang baik, masyarakat akan lebih memahami betapa pentingnya peran mereka sebagai warga negara yang baik. 4. Meningkatkan toleransi antarwarga negara Pendidikan dapat membantu meningkatkan toleransi antarwarga negara. Dalam pendidikan, anak-anak diajarkan dalam menerima perbedaan dan menghargai keberagaman. Hal ini akan membawa dampak positif bagi terciptanya masyarakat yang harmonis dan damai. 5. Meningkatkan kemampuan inovasi dan kreativitas Pendidikan juga dapat meningkatkan kemampuan inovasi dan kreativitas masyarakat Indonesia. Dengan memiliki kemampuan ini, masyarakat akan lebih mudah mengembangkan potensi dan menciptakan peluang untuk berkembang. Tantangan dalam Pendidikan di Indonesia Meskipun pendidikan sangat penting bagi masa depan Indonesia, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa tantangan tersebut antara lain 1. Keterbatasan akses pendidikan Masih banyak masyarakat Indonesia yang sulit mengakses pendidikan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur dan juga ekonomi. 2. Kualitas pendidikan yang rendah Meskipun sudah banyak sekolah yang dibangun, masih banyak sekolah yang memiliki kualitas pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas dan juga tenaga pengajar yang berkualitas. 3. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan Masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang memahami betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa masih banyak anak yang putus sekolah. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain 1. Meningkatkan akses pendidikan Pemerintah dapat membangun lebih banyak sekolah dan juga memperbaiki infrastruktur pendidikan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat. 2. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar Pemerintah dapat meningkatkan kualitas tenaga pengajar dengan memberikan pelatihan dan juga meningkatkan upah mereka. 3. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan Pemerintah dapat melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti televisi dan juga internet. Kesimpulan Hari Pendidikan Nasional adalah momen penting untuk mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia. Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang pengertian, sejarah, makna, serta pentingnya pendidikan bagi masa depan Indonesia. Kita juga telah membahas beberapa tantangan dan solusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita jadikan peringatan Hari Pendidikan Nasional sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa Indonesia. FAQ Apa itu Hari Pendidikan Nasional? Hari Pendidikan Nasional adalah peringatan untuk mengingatkan akan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Siapa yang mengusulkan Hari Pendidikan Nasional? Ki Hajar Dewantara Apa tujuan dari peringatan Hari Pendidikan Nasional? Tujuan dari peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa. Mengapa pendidikan sangat penting bagi masa depan Indonesia? Pendidikan sangat penting bagi masa depan Indonesia karena dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat internasional, meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, meningkatkan toleransi antarwarga negara, dan meningkatkan kemampuan inovasi dan kreativitas. Apa saja tantangan dalam pendidikan di Indonesia? Beberapa tantangan dalam pendidikan di Indonesia antara lain keterbatasan akses pendidikan, kualitas pendidikan yang rendah, dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Apa solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia? Beberapa solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia antara lain meningkatkan akses pendidikan, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Berdasarkansurat edaran KEMENRISTEKDIKTI nomor 1213/C/SE/2017 tanggal 18 April 2017 tentang Peringatan Hari Pendidikan Nasional dengan tema "Peningkatan Relevansi Pendidikan Tinggi Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi", maka bersama ini kami mengundang dan mengharapkan kehadiran Prof/Bapak/Ibu/Saudara/i dalam acara tersebut yang akan dilaksanakan pada:hari Selasa : 2 Mei 2017pukul - Sejarah Hari Pendidikan Nasional tak lepas dari sosok dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di era kolonialisme. Hari Pendidikan Nasional Hardiknas adalah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia setiap 2 Mei, untuk memperingati kelahiran dan menghormati jasa Ki Hadjar juga Hari Pendidikan Nasional 2021 Sejarah, Tema, dan Link Download Logo Ki Hadjar Dewantara Melansir 2 Mei 2020, pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 2 Mei 1889, ini dikenal sebagai pencetus Taman Siswa. Kutipannya yang terkenal, yakni "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Artinya, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik; di tengah atau diantara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa; di belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan serta arahan. Nama asli Ki Hadjar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Melansir laman Kemdikbud, Ki Hajar Dewantara melahirkan sistem pendidikan nasional bagi kaum pribumi dengan nama Taman Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa ini mengajarkan kepada pribumi tentang pendidikan untuk semua yang merupakan realisasi gagasan dia bersama-sama dengan temannya di Yogyakarta. Sekarang Taman Siswa mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia. Baca juga Hari Pendidikan Nasional dan Solusi Belajar di Tengah Pandemi Corona... Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara merupakan Mentri Pengajaran pertama Kabinet Presiden Soekarno yang kemudian menjadi Kementrian Pendidikan dan Pengajaran dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ki Hajar Dewantara juga merupakan Pahlawan Nasional ke-2 yang ditetapkan Presiden pada tanggal 28 November 1959 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Dengan Keppres itu dia juga ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, 2 Mei 1968, karena jasa-jasanya, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Peringatanmengenai Hari Pendidikan jika menilik dalam skala nasional nyatanya memang bukan jatuh di bulan Januari, melainkan Hari Pendidikan Nasional yang biasanya diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan momen kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia yakni, Ki Hajar Dewantara. OPINI — Peringatan Hari Pendidikan Nasional Hardiknas lazimnya digelar dengan khidmat di setiap tanggal 2 Mei. Selain upacara bendera, ada sejumlah perlombaan yang digelar di sekolah, instansi pemerintah, maupun organisasi kemasyarakatan. Namun, di masa ketika banyak orang di dunia bersembunyi dari Corona, kegiatan-kegiatan tersebut akan Presiden Soekarno melalui Keppres yang menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Ki Hadjar Dewantara. Berdasarkan Keppres itu juga, hari kelahiran pelopor pendidikan pribumi ini ditetapkan untuk diperingati sebagai Hari Pendidikan ini, peringatan Hardiknas dilaksanakan di tengah protokol Covid-19. Ini tidaklah mengurangi makna dari spirit yang hendak disemai. Bahkan, di tengah kesunyian peringatan, boleh jadi memberikan “dividen” sebagai investasi pertumbuhan anak-anak data Badan Pusat Statistik BPS, jumlah peserta didik pada Tahun Ajaran 2017/2018 mencapai 45,3 juta jiwa. Lebih dari separuh jumlah tersebut adalah peserta didik tingkat SD 56,26%. Sementara SMP berjumlah 10,13 juta jiwa 22,35% dan SMA/SMK sebesar 9,68 juta jiwa 21,39%. Angka tersebut diperkirakan tak jauh berbeda dengan kondisi tahun jauh, BPS memproyeksikan jumlah anak-anak Indonesia usia 0-17 tahun pada tahun 2020 sebesar 79,373 juta jiwa. Ini berarti sekitar 30% dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain, satu di antara tiga penduduk Indonesia adalah musim pandemi Covid-19, anak-anak itu berada “di-rumah-saja”. Pembelajaran sekolah mereka ikuti dari rumah secara daring. Kenyataan tersebut hendaknya tidak hanya menjadi respon terhadap Covid-19. Melainkan juga memberi makna terhadap Hardiknas dengan jalan mengambil manfaat dari situasi ini senafas dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional Pasal 13 UU yakni, “mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kerjasama dari semua pemangku kepentingan. Masyarakat dan tentu saja keluarga memiliki saham yang tidak kecil dalam upaya pengembangan potensi peserta didik, sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan kaitan ini, konsep Merdeka Belajar, sebagai bagian dari cetak biru pendidikan nasional yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim, diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada. Antara lain –dalam hemat kita– adalah dengan menempatkan pendidikan sebagai bagian dari proses pembudayaan, dan bukan sekedar “persekolahan”.Para pendiri bangsa founding fathers dengan sangat baik telah merumuskan tujuan kehidupan bernegara kita yakni, salah satunya, adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Hal ini tersurat dalam Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, dan menjadi roh regulasi pendidikan kita sudah sampai pada tujuan itu? Lantas, bagaimana seharusnya memaknai tujuan tersebut? Manfaat apa yang dapat dipetik dari Hardiknas di tengah pandemi COVID-19 saat ini?Pendidikan KeluargaMenurut hemat kita, tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 bukanlah sebuah “terminal akhir”. Melainkan sebuah “proses” yang harus berlangsung terus menerus dan secara berkesinambungan. Sebuah proses pembudayaan dalam kehidupan berbangsa dan berpendapat, bahwa pendidikan di sekolah saja tidaklah mencukupi. Setiap anak dan peserta didik memiliki keunikan dan bakat masing-masing. Apalagi ilmu dan pengetahuan masa kini berkembang sedemikian cepat. Tak jarang, apa yang dipelajari hari ini bisa menjadi “basi” dalam waktu yang tidak juga dengan pencapaian mengagumkan di bangku sekolah. Tidak otomatis menjadi dasar penilaian kemampuan seseorang. Banyak contoh menjelaskan tidak semua murid cemerlang di bangku sekolah menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Sebaliknya, banyak murid tidak menonjol di sekolah namun kemudian berhasil menjadi tokoh tentu bisa menyebut Thomas Alfa Edison, penemu lampu pijar dan pemilik lebih hak paten, yang sejak usia sebelas tahun diberhentikan oleh sekolah karena dianggap tak mampu mengikuti pelajaran. Sebut pula Mark Zuckerberg bos Facebook, Bill Gates dan Jack Ma keduanya orang terkaya dunia, George Washington dan Abraham Lincoln keduanya mantan Presiden Amerika dan tidak pernah sekolah tinggi.Di Indonesia, Anda bisa menyebut Adam Malik mantan Wakil Presiden RI yang cuma lulusan SD, Susi Pudjiastuti mantan Menteri Kelautan yang hanya lulusan SMP, atau Dahlan Iskan mantan Menteri BUMN yang berhenti atau DO di Semester IV. Daftar ini tentu masih dapat diperpanjang. Termasuk yang berlatar belakang pengusaha, politisi, seniman, artis, dan saja hal itu tidak berarti bahwa pendidikan sekolah tidak dibutuhkan. Melainkan mesti diperkaya dengan cita rasa pengalaman rohaniah dan pertumbuhan kecerdasan emosi untuk mengelola hubungan personal dan relasi ini dipotret dengan baik oleh Charles Darwin dalam otobiografinya, sebagaimana dikutip EF Schumacher 1973 “Hilangnya cita rasa itu berarti lenyapnya kebahagiaan, barangkali merusak kecerdasan dan lebih-lebih lagi mungkin berbahaya bagi moral, karena hal itu melemahkan kehidupan emosi kita.”Kelemahan tersebut dapat diatasi oleh pendidikan keluarga. Aspek emosi ditumbuhkan menjadi sebuah kecerdasan yang menuntun anak menjalani cara hidup yang benar. Menggunakan kecerdasan emosi sebagai dasar penalaran dan pemecahan masalah dan meningkatkan aktivitas anak-anak bersama keluarga selama protokol COVID-19 akan sangat berpengaruh dalam pertumbuhan kecerdasan emosi mereka. Orang tua dan keluarga inti sangat berperan. Jika ini dimaksimalkan, maka dalam satu generasi ke depan, Indonesia berpeluang menjadi negara saja, ada 79,373 juta jiwa anak Indonesia yang melewati masa pandemi COVID-19 bersama keluarga inti. Di antara itu, terdapat sekitar 44 juta anak yang berusia 0-9 tahun. Pengalaman “dilockdown” di-rumah-saja bersama keluarga akan mencerahkan dan meningkatkan kecerdasan emosi anak. Barangkali itu!Penulis adalah Penggiat Literasi dan mantan Ketua KPID Kaltim HariPendidikan Nasional Sebagai Momentum Pemerataan Pendidikan
› Opini›Refleksi Hari Pendidikan Setiap tanggal 2 Mei, merujuk kelahiran Ki Hadjar Dewantara, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hari nasional tersebut ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Peringatannya setiap tahun memberikan ruang segenap warga bangsa merefleksikan hakikat dan ikhtiar kolektif mencerdaskan kehidupan bagi seorang pendidik, jika tampil ke depan, dia harus memberikan teladan yang baik. Manakala berdiri di tengah, harus menciptakan gagasan dan prakarsa yang baik. Manakala posisinya di belakang, pendidik tetap harus memberikan dorongan dan arahan. Keteladanan tokoh dan eliteSpirit etis pendidikan Ki Hadjar tersebut bermakna penting di tengah dinamika kehidupan bangsa dewasa para tokoh atau elite bangsa sebagai representasi manusiapendidik, bagaimanapun, kunci penting bagi ikhtiar pencerdasan kehidupan yang cerdas kehidupannya tidak saja merupakan amanat, tetapi sekaligus gambaran yang diberikan bapak bangsa dalam menyusun konstitusi dengan mengabadikannya ke dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun yang harus cerdas tak semata tiap-tiap warga bangsa, tetapi pola interaksinya yang berkorelasi dengan penguatan persatuan dan kesatuan. Karena itu, proses pendidikan tak semata-mata terkait pencerdasan secara intelektual, tetapi juga pematangan emosional, sosial, dan spiritual yang memperkuat karakter bangsa. Ikhtiar pemerintah memajukan pendidikan nasional dilakukan dalam bingkai mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang baik dan terarah berdampak pada pelejitan kualitas sumber daya manusia. Prosesnya tentu tak sebatas pembelajaran di ruang-ruang sekolah, tetapi juga melibatkan secara proaktif segenap pemangku kepentingan, dari keluarga, masyarakat, hingga dunia usaha dan dunia industri DUDI.Undang-Undang UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut merefleksikan perlunya sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan literasi yang komprehensif dalam bingkai moralitas bangsa Indonesia yang religius dan daya manusiaKebijakan pendidikan terkait erat dengan titik berat pembangunan nasional. Selama ini pemerintah telah gencar melakukan pembangunan infrastruktur yang manfaatnya semakin terasakan sebagai sabuk pemersatu bangsa, penguat interkonektivitas, serta pendorong proses ekonomi yang semakin efektif dan efisien. Seiring dengan itu, titik berat pembangunan ke depan akan mengarah ke pengembangan sumber daya manusia. Hal ini dapat segera dipahami, mengingat kemanfaatan infrastruktur akan semakin optimal manakala sumber daya manusianya semakin spesifik, dewasa ini, semua bangsa di dunia tengah dihadapkan pada perkembangan teknologi informasi yang bergerak begitu cepat. Kita telah masuk ke Era Revolusi Industri yang ditandai bekerjanya peranti-peranti digital baru serba canggih yang memadukan basis kinerja internet of thing, artificial intelligence, advance robotic, hingga big data analytics. Presiden Joko Widodo sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan tersebut. Revolusi Industri membutuhkan respons sumber daya manusia yang andal, sekaligus mampu menciptakan ragam peluang baru secara kreatif, justru di tengah ancaman disrupsi, ketika banyak jenis pekerjaan manusia tergantikan penguatan pendidikan karakter agar peserta didik senantiasa mengedepankan akhlak mulia, sopan santun, tanggung jawab, empan papan, serta berbudi pekerti luhur, proses pendidikan juga diarahkan ke penguatan keterampilan dan kecakapan yang selaras dengan kebutuhan pendidikan vokasi, misalnya, dilakukan guna mempersiapkan itu semua. Tentu saja hal tersebut bagian dari kebijakan yang lebih komprehensif, yang terkait pula dengan perbaikan mutu guru hingga kelengkapan sarana prasarana yang diakui, proses penyelenggaraan pendidikan kita masih dihadapkanpada sejumlah tantangan yang menjadi perhatian publik. Yang mengemuka, antara lain, masalah yang melingkupi guru dan tenaga kependidikan, hingga beberapa kasus tertentu yang viral ke media sosial melibatkan siswa. Intinya, masalahnya cukup kompleks. Semua itu membutuhkan respons kebijakan yang tepat dari pemerintah, sekaligus partisipasi aktif segenap pemangku telah menetapkan anggaran pendidikan nasional sebesar 20 persen dari total anggaran nasional. Namun, praktiknya, anggaran tersebut terbagi-bagi ke berbagai kementerian dan lembaga. Selain itu, seiring dengan implementasi otonomi daerah secara luas, anggaran pendidikan banyak tersalur pemerintah daerah melalui mekanisme dana alokasi umum DAU dan dana alokasi khusus DAK. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah diharapkan semakin semua pihak dalam memajukan pendidikan mengingatkan kembali pada pesan Ki Hadjar Dewantara di atas, ”Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Ikhtiar memajukan pendidikan bagi hadirnya sumber daya manusia yang berkualitas tentu tidak semata-mata bergantung kepada pemerintah pusat, tetapi juga proaktifnya pemerintah daerah dan segenap pemangku kepentingan lainnya, terutama DUDI. Mari kita majukan pendidikan kita untuk songsong masa depan bangsa yang lebih baik. Selamat Hari Pendidikan Effendy Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
opini tentang hari pendidikan nasional
Semboyanyang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani" itu sangat relevan sebagai paradigma pendidikan nasional yang paripurna. Ia telah mengisi cakrawala berpikir kita tentang dunia pendidikan dengan keteladanan. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari Pendidikan Nasional HARDIKNAS 2021..!Tema"Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar"Setiap tanggal 2 Mei, rakyat Indonesia selalu memperingati hari pendidikan nasional. Kenapa 2 Mei sebagai hari pendidikan nasional? Lalu apa yang harus Kita lakukan dalam memperingatinya?. Mungkin itulah pertanyaan yang terbesit di pikiran Kita ketika mendengar hari pendidikan nasional ini. Tanggal 2 Mei adalah tanggal kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah orang yang menentang kebijakan pemrintahan Belanda pada masa penjajahan, dimana pada masa itu hanya golongan atas atau keturunan Belanda saja yang boleh mengenyam pendidikan. Beliau bahkan diasingkan ke Belanda karena tindakannya itu. Hal itu tidak mematahkan semangat beliau untuk memperjuangkan hak rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Begitu kembali ke Indonesia, beliau mendirikan taman siswa sebagai sarana untuk memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia. Sehingga Ki Hajar Dewantara disebut sebagai bapak pendidikan di Indonesia. Untuk memperingati jasa beliau, pemerintah menjadikan tanggal kelahiran beliau sebagai hari pendidikan nasional. Memperingati hari pendidikan nasional, biasanya sekolah-sekolah melaksanakan upacara bendera dan pidato bertemakan pendidikan. Intinya pada hari pendidikan nasional, masyarakat intelektual diminta untuk menyadari posisi mereka. Mereka harus sadar bagaimana Ki Hajar Dewantara memperjuangkan hak tersebut hingga sekarang masyarakat Indonesia bisa memperoleh pendidikan dalam berbagai bukan sekedar sadar, namun menjadikan motivasi bagi diri sendiri. Motivasi seperti ingin melakukan percepatan yang lebih dibandingkan yang lain dengan tujuan menjadi sukses. ilustrasi pribadi Pemerintah pun sudah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, tinggal bagaimana masyarakat intelektual memanfaatkan sarana dan prasarana itu semaksimal mungkin. Namun tidak berarti ketidaklengkapan sarana dan prasarana menjadi penghalang untuk mendapatkan pendidikan. Pernahkah kalian mendengar suatu dalil sejarah yang dapat dijadikan sebagai motivasi dalam dunia pendidikan? Ada suatu dalil sejarah yang sangat penting yang harus selalu diingat oleh rakyat itu berbunyi "Bahwa suatu bangsa akan maju apabila generasi pengganti lebih baik dari pada generasi yang diganti. Apabila sebaliknya yang terjadi, bangsa itu akan surut dan bisa hilang dari peta sejarah. Baik bangsa yang maju maupun bangsa yang surut, keduanya terjadi dalam sejarah bangsa-bangsa." Dari dalil tersebut sangat jelas bahwa peran pendidikan sangat menentukan dalam proses sejarah tersebut. Hal tersebut mengingatkan Kita kembali bahwa tugas dan tanggung jawab untuk menyiapkan generasi pengganti bukanlah hal yang main-main. Karena masa depan bangsa Kita berada di tangan generasi karena itu, Kita harus menyiapkan generasi pengganti yang mengerti dan memahami tujuan utama dari pendidikan itu sendiri. Tujuan utama pendidikan ialah Mampu mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, agar rakyat Indonesia menjadi manusia yang berkemampuan dan unggul dalam berbagai bidang. Tak hanya itu tujuan lain dari pendidikan ialah Dapat membentuk nilai dan karakter bangsa Indonesia menjadi bangsa yang unggul dan memiliki semangat dan etos kerja, membentuk karakter bangsa yang ulet, yang sanggup menghadapi permasalahan di era millenium ini dan masa mendatang, membangun karakter bangsa yang memiliki kepedulian serta rasa ingin tahu yang tinggi yang pada akhirnya akan melahirkan generasi-generasi yang kreatif dan inovatif, dan yang tak kalah pentingnya ialah menciptakan serta meningkatkan karakter rakyat Indonesia menjadi manusia yang rukun, damai, dan memiliki sikap toleransi agar dapat hidup berdampingan secara harmonis dan seimbang. Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2021. Lihat Pendidikan Selengkapnya ijjFU.
  • p67xv4j9g1.pages.dev/288
  • p67xv4j9g1.pages.dev/545
  • p67xv4j9g1.pages.dev/10
  • p67xv4j9g1.pages.dev/251
  • p67xv4j9g1.pages.dev/638
  • p67xv4j9g1.pages.dev/297
  • p67xv4j9g1.pages.dev/378
  • p67xv4j9g1.pages.dev/138
  • opini tentang hari pendidikan nasional